Beranda | Artikel
Tauhid ar-Rubûbiyah
Rabu, 26 Juli 2023

Tauhid ar-Rubûbiyah adalah mengimani bahwa Allâh itu ada dan meyakini keesaan-Nya dalam segala perbuatan-Nya. Atau meyakini bahwa Allâh adalah al-Khâliq (Pencipta), ar-Râziq (Pemberi rezeki), al-Mudabbir (Pengatur/Penguasa) segala sesuatu, tidak ada sekutu bagi-Nya.

Atau: meyakini keesaan Allâh سبحانه وتعالى dengan segala perbuatan-Nya. (Lihat, Majmû’at Tauhîd, 1/5)

Cakupan Tauhid ar-Rubûbiyah

Tauhid ar-Rubûbiyah mencakup hal-hal sebagai berikut:

  1. Mengimani keberadaan Allâh سبحانه وتعالى .
  2. Mengakui bahwa Allâh سبحانه وتعالى adalah al-Khâliq (Pencipta), al-Mâlik (Pemilik), ar-Râziq (Pemberi rezeki) segala sesuatu, juga mengimani dan mengakui bahwa Allâh سبحانه وتعالى adalah yang menghidupkan, yang mematikan, yang memberi manfaat, yang mendatangkan madharat, satu-satunya yang bisa mengabulkan doa, segala urusan menjadi hak-Nya, seluruh kebaikan ada di tangan-Nya, maha kuasa terhadap segala sesuatu, yang menetapkan segala sesuatu, yang mengatur dan mengurusi semuanya; Tidak ada sekutu bagi-Nya dalam semua perkara itu.

(Lihat, Syarah ath-Thahâwiyah, hlm. 25; Madârij us Sâlikîn, Bab Tauhîd, 1/33-46; Taisîrul Azîzil Hamîd, hlm. 17; Al-Qaululs Sadîd, hlm. 18; dan Ma’ârij ul Qabûl, 1/99)

Banyak sekali dalil dalam al-Qur’an dan as-Sunnah tentang penetapan rubûbiyah Allâh سبحانه وتعالى terhadap makhluk-Nya. Semua nash yang ada penyebutan kata ar-Rabb (Penguasa) atau di dalamnya disebutkan kekhususan Rubûbiyah, seperti menciptakan, memberi rezeki, memiliki, menetapkan, mengatur, dan lainnya, maka itu termasuk dalil Rubûbiyah (kekuasaan/pemeliharaan)

Allâh سبحانه وتعالى .

Misalnya, firman Allâh سبحانه وتعالى :

﴿ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ ٢ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ ٣ ﴾

Segala puji bagi Allâh, Rabb semesta alam. (QS. Al-Fâtihah/1: 2).

Juga firman-Nya:

﴿ ۙاَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْاَمْرُۗ  ﴾

Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allâh. (QS. Al-A’râf/7: 54)

Juga firman-Nya:

﴿ قُلْ مَنْۢ بِيَدِهٖ مَلَكُوْتُ كُلِّ شَيْءٍ ﴾

Katakanlah, “Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu?” (QS. Al[1]Mukminûn/23: 88)

Perintah Memikirkan Ayat-Ayat Allâh سبحانه وتعالى

Allâh سبحانه وتعالى telah memerintahkan para hamba-Nya untuk memperhatikan dan memikirkan ayat-ayat Allâh سبحانه وتعالى yang nyata, berupa makhluk-makhluk yang berada di atas langit atau di bawahnya, sehingga mereka mendapatkan bukti rubûbiyah (kekuasaan/ pemeliharaan) Allâh سبحانه وتعالى .

Allâh سبحانه وتعالى berfirman:

﴿ وَفِى الْاَرْضِ اٰيٰتٌ لِّلْمُوْقِنِيْنَۙ ٢٠ وَفِيْٓ اَنْفُسِكُمْ ۗ اَفَلَا تُبْصِرُوْنَ ٢١ ﴾

Dan di bumi itu terdapat tanda[1]tanda (kekuasaan Allâh) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (QS. Adz-Dzâriyyat/51: 20-21)

Allâh, Al-Bâri (Pencipta) telah memberitakan bahwa di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allâh) yang banyak yang menunjukkan keagungan Penciptanya dan kekuasaan-Nya yang mengagumkan. Misalnya, berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, gunung, padang sahara, padang pasir, lautan, dan sungai.

Demikian juga di dalam penciptaan manusia terdapat banyak tanda kekuasaan Allâh yang menunjukkan rubûbiyah Allâh سبحانه وتعالى . Di antaranya, susunan anggota tubuh manusia yang memiliki banyak hikmah dalam penempatan semuanya pada tempat[1]tempat yang dibutuhkan. Juga perbedaan berbagai bahasa manusia, warna kulit, akal, pemahaman, gerakan, dan kehendak serta kekuatan yang telah Allâh سبحانه وتعالى ciptakan pada mereka. Demikian juga dalam permulaan penciptaan manusia terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allâh سبحانه وتعالى) yang sangat besar. Karena sebelum menjadi sosok manusia, dia hanya setetes air mani, lalu menjadi segumpal darah, segumpal daging, lalu Allâh سبحانه وتعالى ciptakan tulang-tulang, Allâh ciptakan ruh padanya, sehingga kahirnya, manusia bisa mendengar dan melihat. Allâh سبحانه وتعالى mengeluarkan janin dari perut ibunya sebagai bayi mungil yang lemah. Kemudian seiring pertambahan umur, kekuatannya dan gerakannya semakin sempurna. Sehingga manusia mampu membangun kota-kota dan benteng-benteng, bisa bepergian ke berbagai penjuru dunia, mencaridan mengumpulkan harta. Manusia memiliki fi kiran, pendapat, dan ilmu, sesuai keadaan yang Allâh سبحانه وتعالى tetapkan. Maha suci Allâh Yang memberikan kekuatan kepada manusia, memudahkan mereka, membagi mereka di berbagai macam pekerjaan dan penghidupan, membedakan di antara mereka dalam masalah ilmu, fi kiran, kekayaan, kemiskinan, dan lainnya.

Allâh سبحانه وتعالى berfirman:

﴿ وَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ لَآاِلٰهَ اِلَّا هُوَ الرَّحْمٰنُ الرَّحِيْمُ ࣖ ١٦٣ ﴾

Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah/2: 163)

Dalam ayat ini, Allâh menyebutkan tentang tauhid ulûhiyah, lalu pada ayat setelahnya, Allâh سبحانه وتعالى menyebutkan dalilnya dengan menyebutkan sebagian kekhususan Rubûbiyah-Nya:

﴿ اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِى الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ مَّاۤءٍ فَاَحْيَا بِهِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَاۤبَّةٍ ۖ وَّتَصْرِيْفِ الرِّيٰحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ ١٦٤ ﴾

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allâh turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allâh) bagi kaum yang memikirkan. (QS. Al-Baqarah/2: 164)

Diriwayatkan dari sebagian Salaf bahwa dia berkata, “Ketika turun ayat yang pertama, orang-orang musyrik menuntut dalil (bukti) bahwa tidak ada ilah (tuhan) yang haq melainkan Allâh, maka turunlah ayat kedua.

Allâh سبحانه وتعالى juga berfirman:

﴿ اَفَلَا يَنْظُرُوْنَ اِلَى الْاِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْۗ ١٧ وَاِلَى السَّمَاۤءِ كَيْفَ رُفِعَتْۗ ١٨ وَاِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْۗ ١٩ وَاِلَى الْاَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْۗ ٢٠ ﴾

Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (QS. Al-Ghâsyiyah/88: 17-20)

Perkataan Ulama dan Hukama yang Berdalil Dengan Ayat –Ayat Kauniyah

Banyak Ulama (para ahli ilmu agama) dan hukama (orang-orang bij ak) dari kalangan orang-orang yang bertauhid menunjukkan سبحانه وتعالى bukti Rubûbiyah Allâh dengan ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda kekuasaan Allâh سبحانه وتعالى   yang berada di alam semesta). Ada berbagai perkataan, khutbah dan sya’ir yang terkenal. Di antaranya adalah perkataan Ibnul Mu’taz:

فَيَا عَجَبًا كَيْفَ يُعْصِى الإِلَهَ أَمْ كَيْفَ يَجْحَدُهُ الجَاحِدُ وَلِلَّهِ فِيْ كُلِّ تَحْرِيْكَةٍ وَفِيْ كُلِّ تَسْكِيْنَةٍ شَاهِدٌ وَفِيْ كُلِّ شَيْءٍ لَهُ آيَةٌ تَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ وَاحِدٌ

Alangkah mengherankan, bagaimana Allâh dimaksiati atau bagaimana ada orang yang mengingkariNya Sedangkan pada semua gerakan dan semua keadaan diam, Allâh memiliki saksi (kekuasaan) dan Dia memiliki tanda (kekuasaan) pada segala sesuatu yang menunjukkan bahwa Dia Esa.

Pengakuan Tauhid ar-Rubûbiyah Saja Ti dak Cukup

Tauhid Rubûbiyah saja tidak cukup untuk menjadikan seseorang masuk agam Islam, karena orang-orang musyrik zaman dahulu juga mengakui tauhid Rubûbiyah, tetapi hal itu tidak bermanfaat buat mereka dan tidak menjadikan mereka sebagai orang Islam. Karena mereka masih menyekutukan Allâh سبحانه وتعالى  dalam tauhid Ulûhiyah, dengan mempersembahkan sebagian jenis ibadah, seperti doa, penyembelihan hewan dan istighatsah (memohon dihilangkan kesusahan) kepada sesembahan-sesembahan mereka, berupa patung, malaikat, dan lainnya. (Lihat Majmû’ Fatâwâ Ibnu Taimiyah, 3/96-102)

Imam Muhammad bin Isma’il ash-Shan’ani رحمه الله, seorang Ulama Yaman, berkata, “Orang-orang musyrik yang didatangi oleh para Rasul, utusan Allâh itu mengakui bahwa Allâh سبحانه وتعالى Pencipta mereka.

Allâh سبحانه وتعالى berfirman:

﴿ وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ مَّنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُوْلُنَّ اللّٰهُ ٨٧ ﴾

Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allâh”. (QS. Az[1]Zukhruf/43: 87)

Mereka juga mengakui bahwa Allâh سبحانه وتعالى  Pencipta langit dan bumi.

Allâh سبحانه وتعالى berfirman:

﴿ وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ مَّنْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ لَيَقُوْلُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيْزُ الْعَلِيْمُۙ ٩ ﴾

Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka akan menjawab: “Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Az[1]Zukhruf/43: 9)

Mereka mengakui bahwa Allâh سبحانه وتعالى yang memberirezeki, yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan Allâh سبحانه وتعالى  yang mengatur segala urusan dari langit ke bumi, dan Allâh yang berkuasa menciptakan pendengaran, penglihatan, dan akal. Allâh سبحانه وتعالى berfi rman:

﴿ قُلْ مَنْ يَّرْزُقُكُمْ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ اَمَّنْ يَّمْلِكُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَمَنْ يُّخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُّدَبِّرُ الْاَمْرَۗ فَسَيَقُوْلُوْنَ اللّٰهُ ۚفَقُلْ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ ٣١ ﴾

Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allâh.” Maka katakanlah «Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?” (QS. Yûnus/10: 31)

﴿ قُلْ لِّمَنِ الْاَرْضُ وَمَنْ فِيْهَآ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ ٨٤ سَيَقُوْلُوْنَ لِلّٰهِ ۗقُلْ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ ٨٥ قُلْ مَنْ رَّبُّ السَّمٰوٰتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ ٨٦ سَيَقُوْلُوْنَ لِلّٰهِ ۗقُلْ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ ٨٧ قُلْ مَنْۢ بِيَدِهٖ مَلَكُوْتُ كُلِّ شَيْءٍ وَّهُوَ يُجِيْرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ ٨٨ سَيَقُوْلُوْنَ لِلّٰهِ ۗقُلْ فَاَنّٰى تُسْحَرُوْنَ ٨٩ ﴾

Katakanlah, “Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab, “Kepunyaan Allâh.” Katakanlah, “Maka apakah kamu tidak ingat?” Katakanlah, “Siapakah Yang Rabb (pemilik) langit yang tujuh dan Yang memiliki ‘Arsy yang besar?” Mereka akan menjawab, “Kepunyaan Allâh.” Katakanlah, “Maka apakah kamu tidak bertakwa?” Katakanlah, “Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab, “Kepunyaan Allâh.” Katakanlah: “(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?” (QS. Al-Mukminûn/23: 84-89)

Fir’aun yang terkenaldengan kekafi rannya yang melampaui batas, pengakuannya yang sangat keji, perkataannya yang sangat buruk, yaitu klaimnya bahwa Rubûbiyah dan Ulûhiyah adalah miliknya, dengan ucapannya:

﴿ وَقَالَ فِرْعَوْنُ يٰٓاَيُّهَا الْمَلَاُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرِيْۚ …. ﴾

Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku (QS. Al-Qashshash/28: 38)

Namun Allâh سبحانه وتعالى berfi rman menghikayatkan tentang ucapan Nabi Musa kepada Fir’aun, yang menunjukkan bahwa hati Fir’aun mengakui keberadaan dan kekuasaan Allâh سبحانه وتعالى serta kebenaran mukjizat Nabi Musa عليه السلام :

﴿ قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ مَآ اَنْزَلَ هٰٓؤُلَاۤءِ اِلَّا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ بَصَاۤىِٕرَۚ ١٠٢ ﴾

Musa menjawab, “Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Rabb Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata.” (QS. Al-Isra’/17: 102)

Iblis juga dengan perkataan-perkataannya menunjukkan bahwa dia mengakui keberadaan dan kekuasaan Allâh سبحانه وتعالى . Inilah di antara perkataan Iblis:

﴿ قَالَ اِنِّيْ بَرِيْۤءٌ مِّنْكَ اِنِّيْٓ اَخَافُ اللّٰهَ رَبَّ الْعٰلَمِيْنَ ١٦ ﴾

Sesungguhnya aku takut kepada Allâh, Rabb semesta Alam. (QS. Al-Hasyr/59: 16)

Iblis juga mengatakan:

﴿ قَالَ رَبِّ بِمَآ اَغْوَيْتَنِيْ … ﴾

Wahai Rabbku! oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat…”. (QS. Al[1]Hij r/15: 39)

Semua orang musyrik mengakui bahwa Allâh سبحانه وتعالى adalah Penciptanya dan pencipta langit dan bumi, pemilik langit dan bumi dan semua yang ada di antara keduanya, dan pemberi rezeki kepada mereka semua. Oleh karena itu para Rasul berargumen kepada mereka dengan perkataan:

﴿ اَفَمَنْ يَّخْلُقُ كَمَنْ لَّا يَخْلُقُۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ ١٧ ﴾

Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa[1]apa) ? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran. (QS. An[1]Nahl/16: 17)

﴿ اِنَّ الَّذِيْنَ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ لَنْ يَّخْلُقُوْا ذُبَابًا وَّلَوِ اجْتَمَعُوْا لَهٗ ۗوَاِنْ يَّسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْـًٔا لَّا يَسْتَنْقِذُوْهُ مِنْهُۗ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوْبُ ٧٣ ﴾

Dan dengan perkataan: Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. (QS. Al-Hajj/22: 73)

Dan orang-orang musyrik mengakuinya, tidak mengingkarinya”. Sekian nukilan perkataan Imam Ash-Shan’ani رحمه الله .

Majalah As-Sunnah Edisi 07 Tahun XIX


Artikel asli: https://majalahassunnah.net/akidah/tauhid-ar-rububiyah/